Karya Puisi Siswa dalam Peringatan Hari Kartini 2025
Deni Widi Arianto | Pendidikan
Lentera yang Tak Pernah Padam
Karya: ABHEL AULIYA SAPUTRI
Aku bukan bunga di taman
yang hanya dilihat, lalu dilupakan
Aku adalah api dalam dada,
yang menyala meski ditiup zaman
Langkahku tak lagi dibatasi,
oleh bayang tembok tinggi dan sunyi
Suara ini tak lagi dlisembunyikan
Karena harku bukan diabaikan.
Aku perempuan, bukan sekedar nama
tapi jiwa yang tak gentar menembus stigma
Dulu kartini menulis dalam gelap,
kini kami berdiri di cahaya harap
Bukan untuk melawan,
tapi untuk berjalan sejajar
Bukan untuk unggul,
tapi untuk dihargai setara
Aku, kamu, kita semua
adalah lentera yang tak pernah padam
Terus menyala, dirumah, di mimpi,
dan dibumi yang harus lebih adil lagi
Perempuan Melawan Tantangan
Karya: Gea Andini
Kami adalah perempuan
Kami pernah dibungkam
Bibir dijahit adat, tangan dirantai kata sopan
Kami dipuja, hanya jika kami diam
Kami dicintai, hanya jika kami patuh
Kami adalah anak, dari rahim sejarah yang berdarah
Dari perempuan
yany belajar membaca, lewat cahaya remang
Namun dunia
Membacanya, sebagai ancaman
Kami tak datang sebagai bayang
Kami adalah bentuk utuh
Yang tak butuh validusi
Kami bukan ingin menaklukan dunia
Kami hanya ingin duduk dimeja yang sama
Dari rahim kami, kehidupan bermula
Makaa dari langkah kami, perubahan akan berjalan
Tak ada lagi ruang tinggi, untuk kami daki
Tak ada lagi mimpi, yang dikucilkan oleh tradisi
Kami adalah perempuan
Kami tak meminta diberi jalan
Kami akan membangun jalan itu dendiri
Bida dari batu
Dari tanah, dari do’a dan dendam
Yang kami ubah menjadi harapan
Kami telah bangkit
Dari nyala, yang menerangi jalan kami
Kami telah bangkit
Dan takkan Kembali, ketempat yang bukan milik kami
Perempuan yang Menyalakan Pagi
Karya: Farikhatul Laili Fitriya
Ia bukan bayang dibelakang
Tapi cahaya yang menuntun arah
Tangannya mungkin lembut
Tapi mampu menggenggam dunia
Kartini pernah menulis
Tentang mimpi dibalik sekat
Tentang ilmu yang semestinya
Tak milik lelaki semata
Dari pena yang sunyi,
Mucullah ribuan suara berani
Dari langkah yang pertama,
Perempuan kini berani melangkah lebih jauh
Ia guru, ia pemimpin
Ia penjaga dan pejuang
Karena emansipasi bukan sekedar hak,
Tapi nyala jiwa yang tak pernah padam
